GRIDHOT.ID-Sebelumnya, perlu diingat bahwa pengetahuan ini bersifat mitos dan berakar dalam budaya Jawa.
Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim-klaim ini, dan interpretasi bisa bervariasi tergantung pada sumbernya.
Berikut adalah beberapa hari kelahiran pemilik kekuatan tunggak semi yang konon memiliki banyak rezeki menurut Primbon Jawa:
1. Selasa Pon
Pemiliknya dikatakan: Memiliki kekuatan tinggi, baik secara fisik maupun spiritual.
Mereka diyakini mampu mencapai kesuksesan dan keberuntungan dalam hidup.
Baca Juga: 6 Weton yang Disebut Sering Bertindak Ceroboh Menurut Primbon Jawa
2. Jumat Kliwon
Pemiliknya dikatakan: Memiliki daya tarik dan pesona yang kuat.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini dapat mencapai rezeki melimpah dan kesuksesan dalam karier.
3. Sabtu Wage
Pemiliknya dikatakan: Diberkahi dengan kemampuan komunikasi yang baik dan memiliki kecerdasan yang tinggi.
Mereka diyakini akan mendapatkan dukungan dan kerjasama dari orang-orang di sekitarnya.
4. Minggu Kliwon
Pemiliknya dikatakan: Memiliki keberuntungan dan rezeki yang berlimpah.
Baca Juga: 3 Weton yang Sering Dikira Menderita OCD karena Keterorganisasiannya
Mereka diyakini akan diberikan kekuatan spiritual dan dapat menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
5. Kamis Legi
Pemiliknya dikatakan: Beruntung dalam hal finansial.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini akan mendapatkan kekayaan dan kemakmuran.
6. Senin Pahing
Pemiliknya dikatakan: Memiliki energi yang stabil dan dapat diandalkan.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini akan mencapai keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup.
Baca Juga: 5 Weton Paling Lemah Lembut dan Penyayang Menurut Primbon Jawa
7. Rabu Wage:
Pemiliknya dikatakan: Memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan mereka.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini akan berhasil dalam usaha dan karier.
Harap dicatat bahwa pandangan ini berasal dari tradisi mitologis dan tidak memiliki dasar ilmiah.
Setiap orang memiliki keunikan dan keberuntungan mereka sendiri, tidak hanya bergantung pada hari kelahiran mereka.
Oleh karena itu, sebaiknya diambil dengan sikap skeptis dan tidak dijadikan patokan mutlak dalam menilai seseorang.
(*)